Bendera

on Rabu, 23 Mei 2012

Saat berkibar-kibar, bendera memang memikat mata. Namun, di saat lain, ia bisa menyebabkan orang rela mengorbankan nyawa. Nenek moyang "bendera" diduga berupa pita-pita yang berkibar-kibar serupa bendera yang dipasang pada tiang. Simbol itu telah digunakan bangsa Mesir beberapa ribu tahun lalu dalam peperangan dengan harapan dewa akan menolong mereka meraih kemenangan. Tradisi itu diikuti oleh bangsa Syria, selanjutnya Yunani dan Romawi.

Dalam peperangan, bendera memang penting. Jenderal akan segera mengetahui posisi pasukan dengan melihat letaknya. Prajurit juga terbantu saat akan melepaskan anak panah karena bendera bisa menunjukkan arah angin. Dalam pertempuran, bila prajurit pembawa bendera terbunuh atau terluka, prajurit lain akan segera "menyelamatkan" bendera itu sebelum dirampas musuh. Maklumlah, jika bendera terampas, tamat pula pasukannya. Bahkan, bendera yang jatuh melambangkan pula kekalahan suatu negara.

Cina termasuk bangsa pertama yang mengenal bendera. Bahkan, pendiri dinasti Chou (1122 SM) konon sudah memunyai bendera pribadi berwarna putih. Pada masa itu pun, bendera raja sudah dipandang sebagai sang raja sendiri. Maka yang berani menyentuh pembawa bendera pun bisa dihukum. Hal serupa berlaku juga di India kuno.

Menimbang manfaatnya, akhirnya tiap negara memiliki bendera nasional. Kebanyakan bendera nasional menggunakan satu atau lebih dari tujuh warna: merah, putih, biru, hijau, kuning, hitam, dan oranye. Kombinasinya menuruti aturan tertentu dari sistem rancangan yang berkembang selama abad pertengahan. Misalnya, dua warna yang berjajar seharusnya dipisahkan oleh garis putih atau kuning. Bendera Meksiko salah satu yang menerapkan pola tersebut, antara merah dan hijau terdapat garis putih.

Ada banyak kisah di balik perancangan bendera. Bendera nasional Denmark barangkali salah satu yang tertua di masa kini. Bendera yang telah berumur lebih dari 750 tahun itu konon diilhami oleh penglihatan Raja Valdemar Sang Pemenang. Menurut cerita, ia melihat garis silang putih di langit merah menjelang kemenangannya di peperangan. Dari situ lahir bendera berupa kain merah bergambar garis silang putih sejak 1219.

Dengan berjalannya waktu, fungsi bendera pun semakin berkembang. Zaman dulu, kapal berbendera hitam pasti membuat orang gemetar karena itu lambang bajak laut. Bendera kuning dikenal sebagai pertanda adanya penderita penyakit menular di suatu kapal. Bendera putih di tahun 1542 saja sudah dimanfaatkan sebagai pertanda gencatan senjata atau menyerah. Mengibarkan bendera setengah tiang juga dikenal sebagai ungkapan dukacita.

Ilham terbentuknya sebuah bendera terkadang datang sesaat. Seperti yang dialami oleh Duke Leopold V saat terlibat dalam pertempuran pada 1191. Ketika melepaskan jubah karena sekujur pakaiannya sudah merah berlumuran darah, dilihatnya seputar pinggangnya masih tersisa warna putih karena bagian itu tadinya tertutup ikat pinggang. Dari pengamatan sederhana itu, lahirlah bendera merah dengan garis putih melintang sebagai bendera pribadinya. Austria menggunakan rancangan ini sebagai bendera nasional pada tahun 1919.

Beberapa negara mungkin menggunakan warna-warna yang sama karena kesamaan latar belakang sejarah atau budaya. Biru dan putih muncul pada bendera lima negara Amerika Tengah, karena sebelumnya mereka bersatu di bawah payung Perserikatan Provinsi-provinsi Amerika Tengah yang berbendera biru dan putih. Sedangkan empat warna (hitam, hijau, merah, dan putih) banyak dipakai oleh negara-negara Arab untuk bendera mereka. Dengan berjalannya waktu, minat pada bendera semakin mendalam dan luas sampai muncul vexillology, ilmu yang mempelajari sejarah dan simbol bendera. 

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Entri Populer

Powered By Blogger