BANYAK orang tidak menyadari telah menderita penyakit
Hepatits B atau Hepatitis C. Apalagi, penyakit tersebut tidak
menunjukkan gejala yang spesifik di tahap awal.
"Gejalanya baru muncul setelah penyakit itu parah atau lebih dari 10
tahun kemudian," kata Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI)
Rino A. Gani dalam temu media di Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat
(20/7).
"Kalaupun ada, tidak spesifik. Gejala yang muncul seperti mual, lemas,
capek tidak bisa langsung dikorelasikan dengan hepatitis," lanjutnya.
Rino membandingkan dengan gejala penyakit lainnya seperti jantung yang
biasanya merasa nyeri di dada kiri, sehingga dapat langsung ditangani.
Namun, hepatitis B dan C tidak menimbulkan gejala hingga parah yang
membutuhkan waktu hingga 40 tahun.
"Penyakit ini membutuhkan waktu lama untuk jadi parah, sekitar 30-40
tahun. Sirosis hati minimal butuh 20-30 tahun, kanker hati berkembang
20-30 tahun," papar Rino.
Indonesia termasuk negara dengan prevalensi Hepatitis B dengan tingkat
endemisitas tinggi atau lebih dari 8 persen. Penderita Hepatitis B dan C
di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta orang dengan 50 persen di
antaranya menjadi penyakit hati kronik dan 10 persen lainnya menjadi
kanker hati.
Di dunia, sebanyak 2 miliar penduduk pernah terinfeksi Hepatitis B dan
diperkirakan 240 juta di antaranya menderita Hepatitis B kronik serta
sekitar 170 juta menderita Hepatitis C kronik.
"Sekitar 1,5 juta orang meninggal per tahunnya akibat Hepatitis B dan
C," kata Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemkes Mohammad
Subuh.
Kementerian Kesehatan disebut subuh melakukan penanggulangan Hepatitis
dengan tindak pencegahan. Seperti pencegahan primer dengan melakukan
promosi dan imunisasi, pencegahan sekunder dengan penapisan (screening)
dan pencegahan tersier dengan mencegah keparahan dan rehabilitasi
penderita.
Penapisan saat ini adalah cara yang paling efektif untuk mengetahui
seseorang terjangkit hepatitis atau tidak. Namun faktor biaya kerap
menjadi alasan seseorang terutama yang tidak mampu untuk tidak
melakukannya.
Subuh memaparkan tes cepat Hepatitis B dan C membutuhkan biaya Rp30-50
ribu per tes dan tes lanjutan membutuhkan biaya sekitar Rp100-150 ribu.
"Tapi ini baru 'screening' awal, jika ditemukan positif, harus menjalani
tes-tes konfirmasi lainnya sebelum ditetapkan sebagai orang yang harus
menjalani perawatan," kata Subuh.
Oleh karena masih tingginya biaya yang dibutuhkan itu, maka tidak heran
jika penyakit jumlah penderita penyakit Hepatitis B dan C masih berupa
"fenomena gunung es" di Indonesia.
"Diperkirakan hanya 10-20 persen saja yang terdeteksi, karena ini juga
tidak menimbulkan gejala sampai kerusakan hati sudah jauh," kata Subuh.
Tiap 28 Juli diperingati sebagai Hari Hepatitis Dunia yang merupakan
hari lahir dari Dr. Baruch S Blumberg, penerima Hadiah Nobel karena
menemukan virus dan vaksin Hepatitis B.
Untuk tahun 2012, peringatan Hari Hepatitis Dunia mengambil tema "It's
Closer than You Think" yang di Indonesia diterjemahkan menjadi "Masalah
Hepatitis Sudah di depan Mata" yang menunjukkan betapa penyakit tersebut
membutuhkan penanganan yang lebih serius dari yang ada saat ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
1 Carlos Slim Helu & family $69 B 72 telecom Mexico 2 Bill ...
-
Beberapa pemain yang beragama muslim bermain di beberapa klub besar di eropa, seperti Frank Ribery (Bayern Muenchen), Zlatan Ibrahimovic...
0 komentar:
Posting Komentar