how can we be happy in the success and the material in the future?

on Selasa, 02 April 2013

SUKSES ITU PASTILAH KEINGINAN TIAP ORANG,
ORANG SUKSES BELUM TENTU BAHAGIA
BAHAGIA ITU LEBIH MAHAL DARI SEBUAH MATERI
APA YANG MANUSIA CARI DALAM MASA DEPANNYA?
KESUKSESAN, KEBAHAGIAN, DAN MATERI YANG MENENANGKAN MASA TUANYA
3 hal tersebut sangat sulit didapatkan sekaligus dalam satu paket
COBA TEBAK! MENGAPA SULIT DALAM SATU PAKET?
...............
....................
............................
................................. karena..........................................................
1. Kita berkarier tidak pada sesuatu yang kita minati
2. Kita memilih arah hanya sesuai mayoritas arah pada zamannya
3. Kita mengkerdilkan POTENSI diri kita padahal Tuhan telah baik memberikannya kepada kita
4. Kita itu terkadang  HANYA MENGEJAR GENGSI
5. Kita tidak berpedoman pada penguasaan ilmu tertentu. mis : ekonomi, dsj
tetapi mayoritas berpedoman pada besarnya gaji, peluang, dan gengsinya di masa depan
~~PADAHAL ZAMAN TERUS BERUBAH, DUNIA TIDAK PERNAH SAMA DI SETIAP SISINYA~~
oleh karena itu jangan sekali-sekali meremehkan sesuatu bernama PASSION

__________________________________________________________________________

INI GAMBARAN NYATA DARI POLA MASYARAKAT NEGERI INI, 
yang justru membunuh masa depannya sendiri 

PARADIGMA PEMILIHAN JURUSAN, GAJI GAJI DAN GAJI!
Sebagai mahluk yang tidak pernah puas dan terus berkembang, adalah sebuah hal yang wajar jika kita selalu mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Mau bukti? Silahkan kita ingat-ingat kembali. Ketika kita dulu belum punya sepeda, dan hanya jalan kaki ke sekolah, maka kita menginginkan sepeda dengan sangat. Setelah sepeda kita miliki? Berakhirkah ini? Tidak! Kita ingin memiliki motor agar perjalanan kita lebih nyaman. Dan ketika kita telah memiliki motor, maka kita pun ingin memiliki mobil pribadi. See? Manusia adalah mahluk yang tidak pernah puas, dan selalu menginginkan perbaikan di dalam hidupnya.
Begitu pula dengan perihal pemilihan jurusan di dalam dunia pendidikan formal. Pemilihan ini akan selalu dikaitkan dengan potensial kualitas kehidupan di masa depan dari jurusan yang akan dipilih. Dan parameter apa yang paling bisa diukur di dalam kehidupan? Yap! Pendapatan. Gaji, gaji dan gaji! Semuanya dikaitkan dengan potensial lapangan pekerjaan, dan gaji yang bisa diterima oleh lulusan jurusan tersebut. Sehingga teramat sering sebuah diskusi mengenai pemilihan jurusan berakhir dengan kata-kata yang menurut saya sangat menyedihkan, tapi teramat realistis:
Ha??? Serius kamu mau ngambil jurusan itu??? Mau jadi apa ke depannya??? Mau makan apa kamu???
  

PEMILIHAN JURUSAN DAN PENYAKIT KHAS INDONESIA, GENGSI!
Selain masalah gaji, ada lagi alasan lainnya yang biasanya menjadi alasan pemilihan jurusan: Gengsi! Adalah sebuah hal bodoh yang mengakar di Indonesia bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang gemar pamer. Tidak percaya? Lihat saja betapa masyarakat Indonesia senang memamerkan apapun, mulai dari gelar perkuliahan (ST, dr, MM, MBA, dll), sampai ke gelar keagamaan yang menurut saya seharusnya tidak dipamerkan (Haji). Sehingga tidaklah mengherankan bahwa gengsi ini menjadi salah satu kriteria pemilihan jurusan, dan komentar-komentar bodoh yang memojokkan jurusan seperti di bawah ini umum ditemukan:
Gengsi donk gua masuk kelas IPS!
Masa gua masuk jurusan sastra jawa? Yang bener aja?
Mau jadi apa? Jadi insinyur lah! Keren gitu!
Gengsi, sebuah kebodohan yang menurut saya mengakar dengan sangat kuat di kehidupan masyarakat Indonesia. Gengsi ini begitu mengakarnya, sehingga terkadang passing grade suatu jurusan pun sering menjadi dinding yang secara tak langsung memisahkan kehidupan sosial antar mahasiswa. Terkadang seseorang akan dianggap hebat, dan dipandang sebagai golongan elit apabila dia sanggup masuk ke jurusan yang standar passing grade-nya tinggi. Sehingga adalah hal yang bisa dimaklumi jika para remaja yang memang sedang berada di fase pencarian identitas, dan pengakuan, akan tergiur untuk masuk ke dalam golongan “elit” ini.

 --------------------------------------------------------------------------------------------------------
LALU? APA OBATNYA? 

PASSION IS THE KEY
Tidak sedikit orang yang memilih jurusan berdasarkan potensial gaji dan gengsi yang berhasil mencapai target dan angan-angan kehidupan yang dulu mereka inginkan. Banyak yang puas dengan hal pencapaian-pencapaian yang telah mereka capai. Akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang merasa tidak puas dan mempertanyakan mengapa meraka bisa menjadi budak uang, dan gengsi. Banyak pula yang pada akhirnya mempertanyakan hal yang kecil tapi cukup menyiksa batin:
Apa yang terjadi jika dahulu saya tidak mengambil jurusan ini, dan mengambil jurusan lainnya seperti minat saya?
Pertanyaan ini akan semakin menguat dari waktu ke waktu, dan menyiksa batin mereka. Mungkin pertanyaan ini akan menghilang sesaat, seiring dengan pembenaran-pembenaran yang kita berikan untuk diri kita sendiri. Akan tetapi pertanyaan tersebut akan timbul lagi, perlahan tapi pasti, menyiksa batin manusia yang memang bersifat rapuh. Mungkin ini terdengar aneh dan mengawang-awang, akan tetapi solusi dari siksaan batin ini hanya 1:
Kejarlah apa yang menjadi passion/minat anda!
Setiap manusia pasti memiliki passion di suatu bidang yang mereka anggap sebagai sesuatu yang merepresentasikan dirinya. Ada orang yang suka menulis, ada yang suka berhitung dan membuat sesuatu, ada pula yang suka menolong orang lain, semua itu sah-sah saja, sepanjang hal itu tidak merugikan orang lain dan menentang hukum yang berlaku, adalah hak setiap manusia untuk melakukan apa yang dia inginkan.
KAPAN KITA TAHU BAHWA SESUATU ADALAH PASSION KITA?
Pertanyaan menarik berikutnya adalah, kapan kita tahu bahwa sesuatu itu adalah passion kita? Menurut saya jawabannya cukup simpel:
Sesuatu adalah passion kita, jika ketika kita mengerjakan hal tersebut, maka waktu akan berlalu dengan cepat. Badan dan pikiran kita pun akan rileks dan enjoy mengerjakannya, entah itu 5 menit, sejam, 5 jam, ataupun seharian, tidak akan ada bedanya. Pada kenyataannya, terkadang kita sama sekali tidak merasa perlu untuk beristirahat, bahkan ketika mengerjakan sesuatu yang pada umumnya orang anggap sebagai sesuatu yang teramat melelahkan.
Terdengar seperti kisah dongeng kah? Ya, memang saya akui ini terdengar berlebihan, tapi inilah kenyataannya. Ketika kita melakukan sesuatu yang kita senangi, maka semua waktu akan berjalan tanpa terasa. Pernahkah kita merasakan seakan-akan kita terbenam ke dalam suatu hal sampai lupa waktu? Seperti itulah kira-kira rasanya menjalankan passion kita. Dan passion inilah sebuah hal yang memungkinkan kita untuk membuat sebuah masterpiece di dalam hidup kita.
PINTAR SAJA TIDAK CUKUP!
Pintar saja tidak akan cukup untuk menghadapi kerasnya hidup ini! Memang tidak semua orang yang mengikuti passionnya berhasil di dalam kehidupan, banyak juga yang hancur dihajar kerasnya hidup. Tapi satu hal yang pasti:
Sebagian besar orang yang sukses di level dunia adalah orang yang mengikuti, dan mengejar passionnya.
Mengapa?
Karena mereka akan memiliki cukup “bahan bakar” untuk mengejar target 10.000 jam di dalam bidang yang mereka tekuni.
Ada apa dengan angka 10.000 jam ini?
Angka 10.000 jam ini adalah sebuah angka yang menurut riset dari Malcolm Gladwell (penulis buku Outliers) merupakan jumlah rata-rata jam kerja yang harus dicapai oleh seseorang untuk dapat menjadi master di sebuah bidang. Dengan asumsi bahwa kita bekerja 9 jam perhari, dan 250 hari dalam setahun, maka kita akan membutuhkan waktu sekitar 4.44 tahun untuk mencapai tahap master di bidang yang kita pilih. Tentu saja kita bisa mengerjakan ini semua, dan menjadi master di suatu bidang, meskipun itu dilakukan tanpa passion. Akan tetapi perjalanan akan berasa jauh lebih ringan jika kita mengejar sesuatu yang kita sukai.
Tidak percaya?
Coba saja tinjau sampel kita yang pertama: Prof Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau adalah seorang insinyur lulusan RWTH Aachen, salah satu universitas teknik ternama yang berada di negara Jerman. Beliau merupakan salah seorang yang sudah dikenal di dalam dunia teknik, dan pernah pula menjadi presiden di NKRI. Sangkin terkenalnya kepintaran bapak habibie ini, sampai-sampai muncul istilah “otaknya encer kayak habibie”. Akan tetapi benarkah ini semua murni karna kepintarannya? Tidak! Ini semua juga buah dari puluhan ribu jam kerja keras yang beliau jalankan. Di dalam bukunya yang berjudul “Habibie dan Ainun” diceritakan bagaimana beliau sering larut di dalam pekerjaannya, hingga lupa makan dan istirahat. Sangkin seringnya lupa istirahat, dan makan,  sampai-sampai almarhum ibu Ainun sering melemparkan perlengkapan tidur Pak Habibie, dan menguncinya di dalam kamar tempatnya bekerja.
Apa yang sebenarnya membuat beliau tahan bekerja seperti ini? Jelas satu,
Passion terhadap apa yang beliau kerjakan.
PASSION, UANG, DAN KESUKSESAN
Lalu dimana letak uang dan kesuksesan jika kita mengejar sesuatu yang bernama passion ini? Bukankah kita butuh uang untuk hidup? Dan sebagai manusia, kita juga memiliki kebutuhan psikologis untuk dihargai? Mungkin ini akan terdengar omong kosong, tapi percayalah bahwa:
Jika kita mengejar passion kita, maka uang dan kesuksesan akan datang kepada kita dengan sendirinya.
Ya! Uang dan kesuksesan akan datang dengan sendirinya. Ketika kita ahli di dalam suatu hal, maka akan ada orang yang membutuhkan kita. Meskipun itu yang kita kejar merupakan sesuatu yang tidak mainstream di negara kita ini. Pernah saya menonton sebuah liputan di televisi, bahwa ada salah seorang lulusan SD yang gemar menari tradisional, berhasil merantau dan menjadi pengajar tari tradisional  di Amerika Serikat. Saya lupa namanya, tapi sang penari ini diajak untuk mengajarkan seni tari tradisional di Amerika oleh salah seorang turis warga negara Amerika yang sedang menonton pertunjukannya. Dan menariknya adalah, si penari ini tidak bisa bahasa inggris sama sekali pada awalnya! Semua hanya bermodal kecintaan terhadap bidang yang dia lakukan, tari tradisional Indonesia (saya lupa apa nama tariannya).
Jadi tidak usah khawatir,
Orang yang mengejar passion akan selalu memiliki tempat di dunia ini. Mungkin tidak di negeri Indonesia tercinta ini, akan tetapi akan selalu ada tempat untuk mereka, walaupun itu di belahan dunia lainnya.
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KESIMPULAN
So, apa kesimpulan yang bisa kita ambil dari sini? Pilihlah jurusan yang sesuai dengan minat kita. Lupakan saja itu kedua variabel yang bernama gaji dan gengsi.
Jadilah orang dewasa, dan pantang menyerahlah di dalam mengejar hal yang menjadi passion kita. Mungkin semuanya tidak akan terbayar dalam waktu yang singkat, akan tetapi yakinlah akan datang suatu hari di mana kita akan memandang ke belakang dengan senyuman, dan berkata:
Untung dulu saya mengejar apa yang menjadi passion saya.


0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Entri Populer

Powered By Blogger