Sekolah atau school terambil dari kata Latin skhole, scola, scolae,
(dipakai sekitar awal abad XII)
yang secara harafia berarti “waktu luang” atau “waktu senggang”. Dengan
demikian agaknya bersekolah pada awalnya tak lain adalah leisure devoted to
learning (waktu luang yang digunakan secara khusus untuk belajar). Lalu
kapankah persekolahan (mulai sekolah dasar hingga universitas sebagaimana kita
kenal dewasa ini) dimulai? Dan siapakah para ‘praktisi’ persekolahan itu pada
awalnya?
Sebagian para ahli percaya, bahwa pendidikan berasal dari
beberapa akar peradaban. Satu diantaranya adalah peradaban Mesir Sumer, dimana
muncul pertama kali berupa ruang kelas orang-orang Mesir Sumer yang dibangun
untuk menampung sekitar 30 orang anak. Penemuan ini membawa orang kepada
spekulasi bahwa ukuran ruang kelas umum di zaman modern mungkin didasarkan atas
ruang-ruang kelas dari batu merah dan arsitektur orang-orang Sumer.
Meskipun demikian, Plato dan Aristophanes adalah orang pertama yang
meninggalkan catatan tertulis mengenai ruang kelas dan sekolah. Sekolah
pertama orang Athena Kuno memang sederhana. Sekolah itu hanya merupakan
tambahan dari suatu program pendidikan yang dititikberatkan pada latihan
kemiliteran, atletik, musik, dan puisi. Pengajaran membaca, menulis dan
berhitung boleh dikatakan hanya sebagai pertimbangan sampingan. Aslinya
pendidikan di Athena bersifat tutorial, suatu aspek hubungan perorangan
yang seringkali juga bersifat erotik. Ketika Athena menjadi lebih
demokratis dan jumlah muridnya mulai lebih banyak dari gurunya, maka
secara berangsur-angsur hubungan tutorial digantikan dengan pengajaran
kelompok/klasikal, urai Everett Reimer.
Jadi pemahaman mengenai masa-masa awal pendidikan dapat dimulai dari
Mesir Kuno, yakni sekitar tahun 3000 hingga 5000 sebelum Masehi.
Sementara di India, pada pendeta mengajarkan Kitab Veda, ilmu
pengetahuan, tata bahasa, dan filsafat di sekitar tahun 1200 sebelum
Masehi. Di Cina, pendidikan formal (pengajaran) diperkirakan muncul pada
masa Dinasti Zhou berkuasa, yakni antara tahun 770-256 sebelum Masehi.
Konfusius, Mensius, Laotzu, termasuk di antara guru-guru pertama di Cina
Kuno.
Di Yunani Kuno, tempat asal Filsafat Barat, kaum Shopis mulai
mengajar di Athena sekitar tahun 400 sebelum Masehi. Socrates, yang
meninggal tahun 399 sebelum Masehi, boleh jadi orang pertama yang
mengatakan bahwa,
true knowledge existed within everyone and needed to be brought to consciousness
(Pengetahuan sejati ada di dalam
setiap orang dan perlu disadari). Dengan dalil ini pendekatan Socrates adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan penggalian untuk memicu pikiran-pikiran
murid-muridnya guna memahami makna kehidupan, kebenaran, dan keadilan secara
lebih mendalam.
Sepeninggal Socrates, Plato
mendirikan Academy di tahun 387 sebelum Masehi, dan 52 tahun berikutnya
Aristoteles mendirikan sekolahnya sendiri bernama Lyceum, juga di Athena. Lalu
di abad yang sama, Isocrates mengembangan metode pendidikan untuk mempersiapkan
para orator yang bekerja di kantor-kantor pemerintah. Ia diyakini ikut
mempengaruhi secara langsung para ahli pendidikan Romawi seperti Cicero,
penulis De Oratore, dan Quintillian, yang membagi pelajaran-pelajaran secara
khusus berdasarkan pentahapan di awal tahun Masehi.
Pada masa awal Masehi, orang-orang
Yahudi juga telah memberikan pengajaran di tempat yang disebut Sinagoga.
Utamanya yang diajarkan adalah Kitab Taurat Musa. Dan ketika kekristenan telah
berkembang, maka Gereja Romawi kemudian juga menggunakan bangunan yang di sebut
gereja sebagai tempat pengajaran yang utamanya mengajarkan hal-hal yang
berkaitan dengan Kitab Suci serta mempersiapkan pemimpin-pemimpin agama yang
mengajar di gereja. Pada masa itu wanita masih sangat sedikit memperoleh
kesempatan untuk ikut belajar bersama anak-anak laki-laki sebayanya.
Sekitar abad X-XI, pendidikan Islam
dari Arab mulai mempengaruhi sistem pendidikan Barat. Melalui interaksi kaum
Muslimin dengan pendidik-pendidik Barat, terutama di Afrika Utara dan Spanyol,
dunia Barat mulai belajar dari kaum Muslimin tentang matematika, ilmu alam,
ilmu pengobatan, dan filsafat. Sistem angka yang menjadi fondasi dari
aritmetika di dunia Barat diyakini sebagian orang sebagai kontribusi terpenting
dari pendidikan Islam dari Arab itu.
Penemuan mesin cetak Gutenberg di
pertengahan Abad XV membuat buku makin mudah tersedia dan pada gilirannya
mengakselerasi proses pembelajaran di dunia. Selanjutnya abad XVII hingga XIX
tercatat beberapa nama tokoh yang berpengaruh dalam pendidikan Barat seperti
antara lain: Comenius atau Jan Komensky, John Locke di Inggris, Benyamin
Franklin dan Thomas Jefferson di Amerika, Johann Heinrich Pestalozzi di Swiss,
Jean Jacques Rousseau di Perancis, dan lainnya.
Yang menarik untuk disebutkan secara
khusus adalah peran Fiedrich Froebel yang pertama kali membuka kindergarten
(Taman Kanak-kanak) di Blankenburg, Jerman, dengan kurikulum berisi pelajaran
menyanyi, cerita, permainan, hadiah, dan occupations, di tahun 1837. Konsep
kinderganten Froebel ini kemudian dibawa ke Amerika oleh Margarethe Meyer Schurz
dengan membuka taman kanak-kanak berbahasa Jerman di Watertown, Wisconsin,
tahun 1855. Tahun 1860 Elizabeth Peabody melanjutkan hal ini dengan membuka
sekolah sejenis berbahasa Inggris dan juga mengajar serta melatih para pengajar
taman-kanak-kanak di Boston. William Torrey Harris memberikan kontribusi ketika
memasukkan taman kanak-kanak sebagai bagian dari sekolah umum di Amerika.
Pada awal abad XX, Ellen Key,
seorang feminis, penulis, dan ahli pendidikan Swedia, ikut mempengaruhi sejarah
pendidikan dunia. Bukunya The Century of the Child (1909) menawarkan pendekatan
pendidikan yang menekankan kebutuhan dan potensi anak ketimbang kebutuhan
masyarakat atau prinsip-prinsip agama. Ia antara lain diikuti oleh ahli
pendidikan Jerman Herman Liets dan Georg Michael Kerschensteiner, ahli
pendidikan dan filosof Inggis Bertrand Russel, dan Maria Montessori dari
Italia. Konsep pendidikan anak yang dikembangkan Montessori kemudian
mempengaruhi Amerika dan kembali menarik perhatian ahli pendidikan di sana pada
tahun 1950-an.
Namun, dalam arti yang lebih luas
pendidikan mungkin telah dimulai sejak manusia ada di muka bumi. Dalam
bentuknya yang informal dan nonformal (pelatihan), pendidikan diberikan oleh
orangtua dan masyarakat setempat kepada kaum mudanya dalam bentuk berbagi
informasi tentang cara mendapatkan makanan, membuat tempat berteduh, membuat
senjata dan perlengkapan hidup lainnya, belajar bahasa, dan nilai-nilai serta
perilaku yang mengekspresikan ritus-ritus dalam budaya mereka masing-masing.
Demikianlah sejarah pendidikan
formal atau pengajaran dan persekolahan memperlihatkan bahwa para praktisi
pendidikan pada awalnya adalah kaum pendeta, dukun-dukun, ulama, dan mereka
yang memiliki posisi kepemimpinan atau manajerial dalam organisasi keagamaan
dan pemerintahan.
0 komentar:
Posting Komentar